JAKARTA - Robot penjinak bom saat ini memang dibutuhkan oleh militer. Akan tetapi, sebagian besar masih merupakan hasil kredit luar negeri.

"Robot yang dipakai militer kita saat ini memang buatan luar negeri, harganya hampir Rp1 miliar. Namun, masih menggunakan sistem kredit, yang memang tergolong menggiurkan," rinci Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, usai Peringatan Hari Teknologi Nasional (Harteknas), di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (10/8/2009).

Kehadiran robot penjinak bom sudah terbukti ampuh, ketika berhasil membantu Densus 88 dalam meringkus gembong teroris yang diduga sebagai Noordin M Top itu. Lebih lanjut Kusmayanto menjelaskan, militer Indonesia 'terperangkap' dengan janji manis kredit luar negeri. Karena, selain mahal juga membuat Indonesia tergantung pada teknologi asing.

"Di masa lalu, kredit luar negeri untuk membeli robot penjinak bom selalu disertai dengan syarat untuk memakai teknologi mereka (asing). Itu yang membuat kita jadi ketergantungan," tambah KK, panggilan Kusmayanto.

Tapi sejak 2008 sistem seperti itu sudah mulai ditinggalkan. Karena pemerintah telah menekankan pada kredit dalam negeri, yang memperbolehkan jangka waktu peminjaman hingga 1 tahun. Terlebih, kita pun mempunyai robot penjinak bom sendiri, bernama Morolipi.

Morolipi, seperti yang diolah dari berbagai sumber, merupakan mobil robot yang mempunyai lengan dengan kegunaan menjepit dan memutus kabel secara robotik. Robot buatan LIPI tersebut, juga digerakkan dengan remote untuk mengatur dari jarak jauh.

"Kejuaraan robot tingkat universitas yang sering digelar merupakan bukti kemampuan kita. Tetapi, yang menjadi kendala adalah, robot tersebut sering hanya digunakan untuk bahan exercise (latihan) saja. Karena memang marketnya tidak ada," tandas.

Ke depannya, mantan Rektor ITB ini akan makin meningkatkan pengadaan alat Hankam dan Alusista buatan sendiri. Karena selain murah juga tidak tergantung pada teknologi asing.